Alkisah
disebuah planet di jagad raya ini, hiduplah sekumpulan astronot. Di planet
tersebut terdapat budaya, ketika astronot-astronot tersebut dewasa mereka akan
pergi meninggalkan planet mereka untuk mencari planet baru yang nyaman untuk
ditinggali untuk memulai kehidupan yang baru.
Sebutlah
seorang astronot yang akan pergi itu bernama Ritter. Tiba pada waktunya Ritter
harus pergi mengangkasa, meninggalkan planet yang sudah ditinggalinya itu untuk
mencari planet baru. Sebuah Pesawat ulang alik pun sudah disiapkan, lengkap
dengan segala perlengkapannya. Duarrrr, bunyi ledakan roket pembawa pesawat
ulang alik itu berbunyi. Roket itu pun mulai mengakasa mendorong pesawat ulang
alik itu menuju lapisan atmosefer, yang akan membawa Ritter mencari planet yang
baru. Para penghuni planet pun melambaikan tangannya dengan ciri khas lambaian
tangan seperti di Dufan…dadah dadah…mereka melambaikan tangannya pada Ritter.
Berat bagi
Ritter sebenarnya untuk menginggalkan planet tersebut. Tetapi apa daya,
fitrahnya sebagai astronot, harus melakukan perjalanan ini. Siap tidak siap
harus siap, the show must goes on.
Pesawat
ulang alik pun sampai ke lapisan luar angkasa, sang roket pembawa telah
dilepaskan, tinggalah Ritter dan pesawat tersebut di luar angkasa. Perjalanan
pun dimulai. Ritter mulai menyinggahi planet yang dia temukan pertama kali.
Ritter pun mendarat di planet tersebut, mencoba turun dari pesawat untuk
melihat planet tersebut. Seperti pada umumnya, yang pertama kali itu selalu
menyenangkan, sampai akhirnya Ritter mulai merasa tidak nyaman dan pergi dari
planet tersebut.
Ritter pun
mulai mengakasa kembali dan mencari planet lagi. Dalam perjalanannya banyak
planet yang disinggahi, ada yang terlihat nyaman, nyaman dan tidak. Tetapi
Ritter selalu meinggalkan planet-planet tersebut karena selalu mencari yang
lebih baik. 12 tahun lamanya Ritter mengarungi angkasa mencari planet yang dia
dambakan, sampai akhirnya Ritter mendapat kabar melalui pesan radio dari planet
tempat tinggalnya bahwa bahan bakar pesawatnya itu sudah mulai habis. Dan juga
Ritter menerima pesan dari seorang yang maha bijaksana di alam sana, yang
mengatakan, “Ritter, kalau kamu mencari terus planet yang terbaik versi kamu,
itu tidak akan ada habisnya. Turunlah kamu ke planet yang membuat dirimu
tertarik, buatlah planet tersebut jadi pilihan yang terbaik untuk kamu.”
Bagai
disambar petir, Ritter pun tersadar setelah menerima pesan itu. Rittter pun
mulai mencari planet yang membuatnya tertarik. Sampai pada suatu waktu Ritter
pun melihat sebuah planet yang membuat dirinya tertarik. Dia pun turun ke
planet tersebut, mencoba mengenali setiap jengkal planet tersebut. Ritter pun
teringat pesan dari sang bijaksana tadi “buatlah planet ini jadi yang terbaik
untuk kamu”.
Ritter pun akhirnya memutuskan, mungkin inilah calon planet yang akan dia tinggali. Ritter pun akhirnya mengirimkan pesan ke planet asalnya bahwa dia sudah menemukan calon planet yang akan dia tinggali. Tak lama setelah Ritter mengirimkan pesan tersebut, Ritter menerima pesan dari planet asalnya, yang isinya, “Baiklah Ritter, jika itu planet yang telah kamu pilih, tapi kami dari planet asal ingin melihat dulu seperti apa planet yang telah kamu pillih, sehingga kami dapat memberikan masukan, dan kaulah sendiri yang menentukan pilihan”. Ritter pun kemudian menunggu planet asal tersebut melihat planet barunya.
Ritter pun akhirnya memutuskan, mungkin inilah calon planet yang akan dia tinggali. Ritter pun akhirnya mengirimkan pesan ke planet asalnya bahwa dia sudah menemukan calon planet yang akan dia tinggali. Tak lama setelah Ritter mengirimkan pesan tersebut, Ritter menerima pesan dari planet asalnya, yang isinya, “Baiklah Ritter, jika itu planet yang telah kamu pilih, tapi kami dari planet asal ingin melihat dulu seperti apa planet yang telah kamu pillih, sehingga kami dapat memberikan masukan, dan kaulah sendiri yang menentukan pilihan”. Ritter pun kemudian menunggu planet asal tersebut melihat planet barunya.
Nantikan
kelanjutan kisah Ritter dalam episode selanjutnya J.
0 comments:
Post a Comment