Monday, September 15, 2014

Astronot dan Sang Planet Part 1

Alkisah disebuah planet di jagad raya ini, hiduplah sekumpulan astronot. Di planet tersebut terdapat budaya, ketika astronot-astronot tersebut dewasa mereka akan pergi meninggalkan planet mereka untuk mencari planet baru yang nyaman untuk ditinggali untuk memulai kehidupan yang baru.

Sebutlah seorang astronot yang akan pergi itu bernama Ritter. Tiba pada waktunya Ritter harus pergi mengangkasa, meninggalkan planet yang sudah ditinggalinya itu untuk mencari planet baru. Sebuah Pesawat ulang alik pun sudah disiapkan, lengkap dengan segala perlengkapannya. Duarrrr, bunyi ledakan roket pembawa pesawat ulang alik itu berbunyi. Roket itu pun mulai mengakasa mendorong pesawat ulang alik itu menuju lapisan atmosefer, yang akan membawa Ritter mencari planet yang baru. Para penghuni planet pun melambaikan tangannya dengan ciri khas lambaian tangan seperti di Dufan…dadah dadah…mereka melambaikan tangannya pada Ritter.

Berat bagi Ritter sebenarnya untuk menginggalkan planet tersebut. Tetapi apa daya, fitrahnya sebagai astronot, harus melakukan perjalanan ini. Siap tidak siap harus siap, the show must goes on.

Pesawat ulang alik pun sampai ke lapisan luar angkasa, sang roket pembawa telah dilepaskan, tinggalah Ritter dan pesawat tersebut di luar angkasa. Perjalanan pun dimulai. Ritter mulai menyinggahi planet yang dia temukan pertama kali. Ritter pun mendarat di planet tersebut, mencoba turun dari pesawat untuk melihat planet tersebut. Seperti pada umumnya, yang pertama kali itu selalu menyenangkan, sampai akhirnya Ritter mulai merasa tidak nyaman dan pergi dari planet tersebut.

Ritter pun mulai mengakasa kembali dan mencari planet lagi. Dalam perjalanannya banyak planet yang disinggahi, ada yang terlihat nyaman, nyaman dan tidak. Tetapi Ritter selalu meinggalkan planet-planet tersebut karena selalu mencari yang lebih baik. 12 tahun lamanya Ritter mengarungi angkasa mencari planet yang dia dambakan, sampai akhirnya Ritter mendapat kabar melalui pesan radio dari planet tempat tinggalnya bahwa bahan bakar pesawatnya itu sudah mulai habis. Dan juga Ritter menerima pesan dari seorang yang maha bijaksana di alam sana, yang mengatakan, “Ritter, kalau kamu mencari terus planet yang terbaik versi kamu, itu tidak akan ada habisnya. Turunlah kamu ke planet yang membuat dirimu tertarik, buatlah planet tersebut jadi pilihan yang terbaik untuk kamu.”

Bagai disambar petir, Ritter pun tersadar setelah menerima pesan itu. Rittter pun mulai mencari planet yang membuatnya tertarik. Sampai pada suatu waktu Ritter pun melihat sebuah planet yang membuat dirinya tertarik. Dia pun turun ke planet tersebut, mencoba mengenali setiap jengkal planet tersebut. Ritter pun teringat pesan dari sang bijaksana tadi “buatlah planet ini jadi yang terbaik untuk kamu”. 

Ritter pun akhirnya memutuskan, mungkin inilah calon planet yang akan dia tinggali. Ritter pun akhirnya mengirimkan pesan ke planet asalnya bahwa dia sudah menemukan calon planet yang akan dia tinggali. Tak lama setelah Ritter mengirimkan pesan tersebut, Ritter menerima pesan dari planet asalnya, yang isinya, “Baiklah Ritter, jika itu planet yang telah kamu pilih, tapi kami dari planet asal ingin melihat dulu seperti apa planet yang telah kamu pillih, sehingga kami dapat memberikan masukan, dan kaulah sendiri yang menentukan pilihan”. Ritter pun kemudian menunggu planet asal tersebut melihat planet barunya.

Nantikan kelanjutan kisah Ritter dalam episode selanjutnya J.
Share:

Thursday, January 2, 2014