Thursday, November 15, 2012

Trip to HOLLAND, Jakarta - Dubai - Amsterdam - Sassenheim

Apa yang ada dalam benak kita ketika mendengar kata Belanda. Bagi saya yang orang Indonesia, hal yang terlintas pertama adalah penjajah. Belanda pernah menjajah negeri yang saya tinggali ini selama 350 tahun. Hal kedua adalah saya ingat dengan kakek nenek saya dari pihak ayah. Saya tidak sempat bertemu dengan mereka, karena mereka sudah wafat sebelum saya lahir. Tetapi, menurut cerita papa, kakek nenek saya pernah sekolah ekonomi di Belanda. Hal lainnya mengenai Belanda yang terlintas dalam benak saya, yaitu Amsterdam, Orange, Ajax Amsterdam dan Tulip. Dalam benak saya, tidak sedikitpun terpikir bahwa suatu saat nanti saya akan menginjakan kaki negeri kincir angin tersebut. Sampai suatu hari saya dipanggil atasan saya dikantor dan diberitahu bahwa saya termasuk karyawan yang diikutsertakan dalam training mengenai Simulator Pesawat Boeing dan Airbus. Training sendiri akan berjalan selama 2 minggu. Antara perasaan senang dan bingung bercampur aduk. Senang karena jarang sekali kesempatan seperti itu dan saya dapat melihat dunia di luar Indonesia. Bingung, apa yang harus saya siapkan. Alhamdulillah, semua persiapan dapat dilalui dengan lancar, sampai hari keberangkatan tiba, yaitu tanggal 30 September 2012. Saya akan menceritakan bagian persiapan berangkat (terutama proses pembutan VISA) ke Belanda dalam bagian lain di blog ini.

Pada tiket yang saya terima dari Kantor, saya dijadwalkan berangkat pada tanggal 30 September 2012 dini hari dan pulang pada tanggal 14 Oktober 2012 waktu Belanda, menggunakan maskapai Emirates. Melihat ittenarry di tiket saya akan menempuh perjalanan Jakarta - Dubai, kemudian pindah pesawat lanjut ke Dubai - Amsterdam. Tempat saya training sendiri berada di kota Sassenheim, sebuah kota kecil berjarak lebih kurang 30 KM dari Schiphol Airports ke arah Leiden.

Karena berangkat minggu dini hari, maka saya berangkat dari Bandung sabtu sore dengan memperkirakan akan tiba di Cengkareng pada pukul 10 malam. Sebelumnya saya harus menjemput rekan saya Alfian di Bandung, Pak Benny di Curug dan Mas Eko di Serpong. Sesuai dugaan, pukul 10 malam saya dan ketiga rekan saya sampai di Cengkareng, kami minta di drop di Terminal 2. Terminal 2 adalah terminal keberangkatan Internasional di Cengkareng.

Sampai di Cengkareng kami segera menuju counter check in. Di counter check in saya berpisah dengan Pak Benny dan Mas Eko, karena mereka akan check in di counter business class sementara saya dan Alfian check in di counter economy class. Saya dan alfian kemudian mengantri, untuk kemudian check in. Di counter check in ini, saya menyerahkan tiket yang sudah disiapkan, kemudian membayar airport tax sebesar Rp. 150.000, kemudian petugas dari Emirates memberikan boarding pass 2 buah, yang satu untuk Jakarta - Dubai, yang kedua untuk Dubai - Amsterdam.

Selesai check in, saya segera menuju counter imigrasi. Di counter imigrasi ini saya mengantri lagi, tetapi beruntung antrian tidak terlalu panjang, lebih panjang antrian saat check in. Tiba giliran saya untuk menuju petugas imigrasi, saya kemudian menyerahkan passport, tiket dan boarding pass kepada petugas imigrasi. Petugas kemudian memeriksa passport saya, kemudian memberikan cap di salah satu halaman passport saya dan proses di imigrasi pun selesai.

Selesai dari counter imigrasi, saya segera mencari mushola untuk melakukan shalat Isya. Selesai shalat saya menuju boarding gate dan menunggu panggilan masuk pesawat. Setelah kurang lebih menunggu satu jam, panggilan masuk pesawat pun terdengar. Untuk maskapai emirates, petugas mereka akan memanggil penumpang berdasarkan zona tempat duduk yang ada di boarding pass, sehingga proses loading penumpang ke pesawat lebih tertib.

Pesawat yang menuju Dubai ini menggunakan Boeing. Saya duduk di bagian tengah dari barisan penumpang. Tidak lama setelah masuk, pesawat pun siap-siap untuk lepas landas. Pukul 00:40 pesawat pun berhasil lepas landas menuju dubai. Lama perjalanan Jakarta - Dubai sekitar 7 jam.

Di pesawat, saya lebih banyak tidur dan hanya bangun ketika dibangunkan oleh pramugari untuk snack dan makan. Baru ketika akan mendarat di Dubai, saya terbangun dan mengobrol dengan penumpang sebelah saya, seorang wanita bule yang baru liburan dari mentawai. Dia akan kembali ke negaranya Jerman. Dia menceritakan betapa dia takjub melihat pemandangan di Mentawai. Pukul 05.30 waktu setempat, pesawat pun mendarat di Dubai.

Dari tempat pemberhentian pesawat, para penumpang dibawa menuju terminal kedatangan menggunakan bus. Sedikit diluar dugaan saya, dimana saya menduga akan menggunakan garbarata untuk menuju terminal kedatangan. Di terminal kedatangan, semua penumpang diharuskan untuk di periksa dan di scan barang bawaan handcarrynya. Alat scan di dubai ini sangat sensitif terhadap metal, saya bahkan sampai harus buka sepatu segala, karena ring tali sepatu saya menggunakan bahan metal.

Suasana di Dubai Airport
  Lolos dari pos scanning, saya segera mengambil arah ke arah transit dan menuju boarding gate untuk menunggu pesawat yang akan membawa saya menuju Schiphol Amsterdam. Sekitar 3 jam saya menunggu, sempat foto-foto juga hehe, akhirnya para penumpang dipanggil masuk pesawat. Setelah semua penumpang masuk pesawat, pesawatpun lepas landas. Waktu tempuh Dubai - Amsterdam sekitar 8 jam. Pesawat yang digunakan adalah Airbus.
Bergaya dulu di Dubai Airport

Interior di kursi penumpang Airbus. Menyenangkan ada colokan listrik, jadi bisa charge handphone :-)
 Pukul 13.30 waktu Amsterdam, pesawat saya landing di Schiphol Airport. Alhamdulilah pesawat mendarat dengan selamat. Keluar dari pesawat, saya segera mengirimkan sms ke Indonesia, memberitahu bahwa saya sudah sampai di Belanda. Setelah itu saya segera mencari rekan sekantor saya, yang akan pulang ke Indonesia, untuk mengambil kertas booking hotel. Setelah bertemu dengan rekan saya tersebut, saya munuju counter imigrasi. Sampai dicounter imigrasi, ditanya mau apa di Belanda, tinggal dimana, berapa lama. Setelah saya jelaskan semua kepada petugas imigrasi, passport saya pun di cap dan sah saya diperbolehkan masuk ke negeri kincir angin ini. Sedikit tips menghadapi para petugas counter imigrasi, saya selalu tersenyum ketika berhadapan dengan mereka dan jangan terlihat tegang, karena itu akan membuat mereka menjadi curiga.

Selepas dari counter imigrasi, saya menuju baggage counter untuk mengambil tas bagasi saya, bareng-bareng Alfian, Pak Benny dan Mas Eko. Setelah semua mendpat bagasinya, saya mengambil troli untuk membawa luggage bag saya yang cukup besar, 28 inch. Troli di Belanda ini free, tidak seperti di Jerman yang mengharuskan kita memasukan koin terlebih dulu untuk mendapatkan troli.

Akhirnya sampai Schiphol juga
Kami berempat kemudian menuju keluar area terminal untuk mencari taksi, sambil sekali-kali mengambil foto. Cukup lama menunggu taxi, akhirnya kami mendapatkan taxi berjenis Van yang cukup untuk kami berempat dan segala luggage kami. Di taxi saya duduk di depan. Saya meminta supir taxi untuk mengantarkan kami ke Van Der Valk Hotel Sassenheim. Supir taxi tersebut memasukan nama hotel tersebut di perangkat GPS dia, dan terlihatlah jalur yang harus ditempuh, kemudian supir taxi itu segera memacu kendaraannya.

Itu Schiphol Plaza loh :-)
Selama perjalannan, saya hanya mengamati pemandangan sepanjang perjalanan. Cukup takjub di negeri yang katanya lahan negaranya terbatas, masih banyak terdapat dareah hijau. Sangat berbanding terbalik dengan Jakarta ataupun Bandung, dimana lahan-lahan hijau tersebut sudah berganti dengan bangunan-bangunan tinggi dan mall-mall. Sekitar setengah jam melalui tol, kami pun sampai di hotel. Tarif taxi dari Schiphol ke Sassenheim Van Der Valk Hotel adalah 60 Euro. Setelah membayar taxi, kami masuk ke lobby hotel untuk check in. Selesai proses check in di lobby hotel, petugas memberikan petunjuk jalur menuju kamar kami di lantai 2 hotel.

Pemandangan dari kamar
Kami pun segera menuju kamar hotel, masuk kamar hotel, saya pun langsung tertidur karena kelelahan.





Share:

Wednesday, February 8, 2012

It'll be start again

Semua akan dimulai kembali.

Hari ini akan bakal ada meeting review kontrak untuk proyek yang tahun lalu gw pegang. Walaupun belum ditentuin siapa yang bakal jadi Project Managernya, tapi feeling sih gw lagi.

Sebenernya sih masih belum terlalu pengen mulai project lagi, pengen liburan dulu, tapi apa daya, projectnya udah akan dimulai. Berarti bakalan sibuk sana-sini lagi. Sempet kepikiran kalo megang project lain kayanya asik juga, ada tantangan baru..hehe.

yah semua akan dimulai kembali. Selamat sibuk sampai akhir tahun.
guud luck :-)
Share:

Sunday, January 22, 2012

Menyambungkan Macbook Pro ke LCD / Proyektor

Kali ini saya akan sharing bagaimana cara menyambungkan Macbook Pro ke LCD tambahan ataupun proyektor.

Pada Macbook Pro tidak terdapat port VGA yang biasanya berfungsi sebagai port untuk additional screen ataupun mirroring screen yang biasa digunakan pada proyektor untuk presentasi. Sempat bingung juga bagaimana caranya mengkoneksikan MBP ke LCD/Proyektor. Setelah tanya kanan kiri dan searching di internet, ternyata untuk menyambungkan MBP ke LCD/Proyektor yang notabene portnya VGA (DB15) harus menggunakan konverter. Untuk MBP yang saya miliki, dibutuhkan converter namanya MiniDisplayPort to VGA. Converter ini bisa didapat ditoko-toko yang menjual product-product apple. Di bandung saya mendapatkannya di EMAX Bandung Indah Plaza (BIP), harganya Rp. 299.000

Setelah mendapatkan converter tersebut saya segera mencobanya dirumah. Berhubung dirumah tidak ada proyektor maka LCD Monitor saja sebagai penggantinya. Ternyata cukup simple menghubungkan MBP ke LCD, cukup plug and play dan tampilan layar akan langsung tampil di LCD. Gambar di bawah ini adalah gambar converter MiniDisplayPort to VGA yang tersambung ke kabel VGA LCD Monitor.



Sempat bingung, ketika melihat tampilan di LCD Monitor kok berbeda dengan di MBP seperti di bawah ini :



Ternyata setelah di pelajari, default setingan jika menggunakan layar tambahan di MBP adalah extended. Berarti pada LCD Monitor tambahan akan merupakan perpanjangan dari layar MBP yang sedang show. Agar tampilan di LCD monitor sama dengan seperti layar di MBP maka perlu sedikit konfigurasi. Caranya adalah sebagai berikut :

1. Masuk system preferences, kemudian pilih displays
2. Pada tampilan displays pilih tabs arrangement
3. Pada tampilan arrangement centang pilihan mirroring displays, maka seketika tampilan di LCD monitor akan sama dengan tampilan pada MBP, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:



Sekian sharing saya mengenai cara menghubungkan MBP ke LCD / Proyektor :-)
Share:

Wednesday, January 18, 2012

Mencicipi Mac Book Pro

Saat ini laptop mungkin sudan bukan menjadi barang aneh lagi. Hal ini akan berbeda ketika 4 - 5 tahun lalu, ketika laptop masih menjadi barang langka, karena harganya yang relatif mahal. Saya mengenal laptop pertama kali adalah ketika saya menginjak kelas 6 SD, saat itu papa, diberi inventaris laptop oleh kantornya, merek toshiba dengan sistem operasi windows 95. Sementara itu saya baru dipercaya memegang laptop oleh orang tua ketika masa kuliah. Laptop merek NEC menemani masa-masa kuliah tingkat akhir saya. Sementara saya baru bisa membeli laptop sendiri setelah sekitar 1,5 tahun bekerja. Waktu itu saya bangga sekali bisa membeli Laptop merek DELL walaupun dengan spesifikasi yang biasa-biasa saja.

Cerita mengenai Laptop, ada hal unik yang tidak bisa saya lupakan. Waktu itu saya SMA kelas 1, saat itu teman saya membawa laptop milik orang tuanya ke sekolah untuk memperlihatkan lirik lagu sebuah band. Tapi yang menarik perhatian saya waktu itu adalah bukan lirik lagunya, melainkan tampilan laptop tersebut, berbeda dengan yang biasa saya lihat. Ketika saya bertanya, apa merek laptop tersebut, teman saya menjawab Macintosh, sebuah nama yang tidak pernah saya dengar saat itu dijajaran produsen laptop.

Beranjak masa kuliah, saat itu saya sedang senang hobby fotografi, kebetulan dikampus pun saya suka itu nongkrong dengan anak-anak komunitas fotografi kampus, walaupun saya tidak ikut unit kegiatan tersebut. Salah satu dari aktifitas fotografi adalah mengolah foto di komputer. Saat itu pula saya kembali dipertemukan dengan laptop bermerek macintosh, ada beberapa teman saya yang menggunakan laptop tersebut untuk mengolah foto dan ketika saya melihat tampilan di laptop tersebut ternyata sangat berbeda, saat itu saya mempunyai angan-angan, suatu waktu saya ingin membeli laptop tersebut.

Baru di awal tahun 2012 ini saya bisa mewujudkan laptop tersebut. Sebuah laptop Apple MacBookPro pemberian teman. Hanya karena aktifitas pekerjaan saja, saya belum dapat mengexplore lebih jauh mengenai laptop ini, tetapi yang paling saya rasakan adalah kemampuan grafis nya cukup baik. Sistem operasi yang digunakan pun bukan windows melainkan OS X Lion, sebuah sistem operasi terbaru dari Apple. Untungnya sistem operasi ini mirip dengan Linux, sehingga tidak terlalu kaget buat saya untuk konfigurasi sana sini, berhubung saya juga sudah cukup terbiasa dengan sistem operasi linux.

Tulisan ini pun dibuat dengan laptop MacBookPro ini :D Kedepannya saya mungkin akan menuliskan artikel mengenai cara-cara mengkonfigurasi laptop ini.
Share: